Gelombang Protes Mahasiswa “Indonesia Gelap” Tolak RUU TNI Mewarnai Awal Tahun 2025

Jakarta – Awal tahun 2025 diwarnai dengan gelombang protes besar-besaran dari kalangan mahasiswa yang menolak revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI). Aksi yang dikenal dengan sebutan “Indonesia Gelap” ini pertama kali digelar pada 17 Februari 2025 di berbagai kampus di seluruh Indonesia dan mencapai puncaknya pada 19 Februari di Jakarta. Ribuan mahasiswa turun ke jalan menyuarakan penolakan terhadap pasal-pasal dalam RUU yang dinilai mengancam supremasi sipil dan demokrasi.

Dalam aksinya, para demonstran menuding RUU TNI membuka peluang keterlibatan militer dalam urusan sipil yang lebih luas, termasuk jabatan-jabatan strategis di lembaga sipil, tanpa kontrol yang jelas dari pihak legislatif maupun publik. Mereka menilai hal ini sebagai kemunduran dari semangat reformasi TNI pascareformasi 1998. Seruan “Indonesia Gelap” pun menjadi simbol kekhawatiran akan kembalinya militerisme dalam ruang sipil.

Aksi puncak di Jakarta berlangsung ricuh setelah aparat membubarkan massa yang menolak membubarkan diri dari depan Gedung DPR RI. Beberapa mahasiswa dilaporkan terluka akibat bentrokan, dan puluhan lainnya ditangkap. Meski demikian, semangat para demonstran tidak surut. Aksi serupa terus bergulir di sejumlah kota seperti Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar hingga awal Maret 2025.

Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan dan perwakilan DPR RI menyatakan akan meninjau ulang beberapa pasal kontroversial dalam RUU tersebut. Namun, para pengunjuk rasa tetap menuntut pembatalan penuh dan mendorong keterlibatan publik dalam proses perumusannya. Gerakan “Indonesia Gelap” pun menjadi sorotan publik dan media nasional sebagai salah satu peristiwa politik paling menonjol di kuartal pertama tahun 2025.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banjir Berkepanjangan di Laba Lubu Kec. Malangke Luwu Utara Sulawesi Selatan

Gambar
Banjir yang melanda Desa Laba Lubu, Kecamatan Malangke, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, telah berlangsung lebih dari dua pekan dan belum menunjukkan tanda-tanda surut. Tinggi air di beberapa titik masih mencapai 1,5 meter, menyebabkan puluhan rumah terendam dan ratusan warga terisolasi. Kondisi ini memaksa banyak keluarga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, sementara akses transportasi darat ke desa tersebut masih terputus akibat jalan-jalan yang tergenang. Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara, banjir kali ini dipicu oleh curah hujan tinggi yang terjadi sejak awal bulan ini, ditambah dengan meluapnya Sungai Rongkong yang menjadi saluran utama di wilayah tersebut. "Kami telah mendistribusikan bantuan darurat berupa makanan siap saji, selimut, dan obat-obatan, tetapi kebutuhan warga masih jauh dari cukup," ujar Kepala BPBD Luwu Utara, Andi Baso. Warga setempat mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Kami terpaksa m...
Baca selengkapnya

Tren "Kesenjangan Sosial" dengan Dialog Absurd Viral di TikTok, Satir Realita atau Sekadar Hiburan?

Gambar
Awal tahun 2025, jagat TikTok Indonesia diramaikan oleh tren video pendek yang dikenal sebagai "kesenjangan sosial dengan dialog absurd". Dalam tren ini, para kreator memparodikan percakapan sehari-hari yang tampak tidak nyambung namun menyiratkan perbedaan latar belakang sosial secara halus. Salah satu contoh video yang viral memperlihatkan dua orang berbincang, di mana satu bertanya, "Itu suara apa, di sana hujan ya?" yang dijawab santai, "Bukan, itu suara kipas." Dialog seperti ini menimbulkan efek komedi yang jenaka, sekaligus memunculkan interpretasi sosial yang lebih dalam. Tren ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memancing diskusi publik mengenai kesenjangan pemahaman antara kelompok masyarakat dengan latar sosial ekonomi berbeda. Beberapa warganet menilai tren ini sebagai bentuk satire cerdas yang merefleksikan realita hidup di Indonesia, terutama bagaimana persepsi terhadap situasi dan kondisi bisa sangat berbeda tergantung pada pengalaman hidu...
Baca selengkapnya

Safari Ramadhan Pondok Pesantren As'adiyah Belawa Baru: Menebar Kebersamaan di Bulan Suci Ramadhan

Gambar
Pondok Pesantren As'adiyah Belawa Baru kembali menggelar Safari Ramadhan, sebuah tradisi tahunan yang menyatukan santri, ustadz, dan masyarakat dalam serangkaian kegiatan dakwah dan sosial. Kegiatan yang berlangsung selama 20 hari ini menjangkau berbagai desa di sekitar pesantren, dengan tujuan memperkuat ukhuwah islamiyah dan berbagi kebahagiaan di bulan penuh berkah. Safari Ramadhan tahun ini diisi dengan beragam agenda, mulai dari dakwah keliling, santunan anak yatim, hingga buka puasa bersama. Para santri dan ustadz bergantian memberikan tausiyah di masjid-masjid desa, sambil membagikan paket sembako kepada keluarga kurang mampu. Salah satu momen paling dinantikan adalah buka puasa bersama yang digelar di lima titik berbeda, dengan menu spesial seperti sop konro dan nasi mandi khas pesantren. Menurut Gurutta Sulaeman Abdullah, Pimpinan Pesantren As'adiyah Belawa Baru, Safari Ramadhan bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan bagian dari pendidikan langsung di masyarakat....
Baca selengkapnya