"Harga Ayam Potong Melonjak Drastis: Penyebab yang Lebih Dalam dari Sekadar Flu Burung"
Ibu-ibu rumah tangga dan pedagang makanan di seluruh Indonesia sedang merasakan dampak kenaikan harga ayam potong yang mencapai Rp40.000 per kilogram - angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Meski banyak yang langsung menyalahkan wabah flu burung, ternyata masalahnya jauh lebih kompleks. "Flu burung memang mempengaruhi, tapi hanya menyumbang 20% dari kenaikan harga ini," jelas Prof. Dr. Ir. Arief Daryanto, pakar agribisnis dari IPB. Faktor utama justru datang dari kenaikan harga pakan ternak yang mencapai 60% sejak awal tahun, dipicu oleh melambungnya harga jagung dan kedelai impor akibat konflik Rusia-Ukraina yang belum juga reda.
Situasi diperparah dengan kebijakan pemerintah yang membatasi impor daging ayam untuk melindungi peternak lokal. "Di satu sisi kami apresiasi proteksi ini, tapi di sisi lain produksi dalam negeri belum mampu memenuhi lonjakan permintaan," ujar Charles Haryanto, Ketua Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Indonesia. Dampaknya terasa hingga ke tingkat konsumen akhir. Pedagang bakso di Depok, Pak Maman, mengeluh harus menaikkan harga jualnya dari Rp12.000 menjadi Rp15.000 per porsi. "Kalau tidak, saya bisa rugi Rp200.000 per hari," keluhnya sambil menunjukkan buku kas yang penuh coretan angka merah.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mengeluarkan berbagai kebijakan darurat, termasuk bantuan pakan bersubsidi dan program vaksinasi massal untuk ternak. Namun banyak peternak kecil seperti Bapak Sutrisno di Boyolali mengaku bantuan tersebut belum menyentuh mereka. "Saya terpaksa mengurangi jumlah ternak dari 500 ekor menjadi 300 ekor karena tidak sanggup beli pakan," ujarnya dengan wajah lesu.
Di tengah situasi ini, para ahli gizi mulai mengampanyekan alternatif sumber protein yang lebih terjangkau. "Ikan lele, telur, atau tempe bisa menjadi pengganti yang sama bergizi," saran Dr. Rita Ramayulis, pakar gizi yang aktif memberikan penyuluhan ke masyarakat. Sementara itu, para ibu rumah tangga kreatif mulai berbagi resep-resep ekonomis di media sosial, membuktikan bahwa krisis ini justru memunculkan inovasi di tengah kesulitan.
Komentar
Posting Komentar