"Misteri Gunung Api Bawah Laut Maluku: Potensi Tsunami atau Sumber Energi Terbarukan?"
Di perairan dalam Maluku, Gunung Api Hobal yang sempat tertidur puluhan tahun kini menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Para peneliti dari LIPI dan BMKG mencatat peningkatan aktivitas seismik dan kenaikan suhu air hingga 2,8°C dalam beberapa bulan terakhir. "Jika meletus, gunung ini bisa memicu tsunami yang mencapai pesisir Maluku dalam hitungan menit," jelas Dr. Nugroho Dwi Hananto, ahli geologi kelautan dari LIPI, seraya menunjukkan simulasi komputer yang memprediksi gelombang setinggi 12 meter. Namun di balik ancamannya, gunung ini menyimpan potensi energi terbarukan yang luar biasa. Survei terbaru menemukan kandungan hidrogen sulfida dan mineral langka yang bisa menghasilkan listrik hingga 350 MW - cukup untuk menerangi seluruh Maluku Utara.
Masyarakat lokal ternyata telah lama mewaspadai keberadaan gunung ini melalui kearifan tradisional. "Kami menyebutnya Naga Api Laut. Ketika air laut di daerah itu menghangat sendiri, nenek moyang kami melarang untuk melaut," tutur Soleman Hatala, tetua adat Pulau Mangole. Legenda ini ternyata sesuai dengan data ilmiah tentang siklus aktivitas Gunung Hobal yang berulang setiap 60-80 tahun.
Pemerintah kini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, Kementerian ESDM bersama Jepang berencana memanfaatkan potensi energi geotermalnya. "Kami sedang kembangkan teknologi ROV khusus yang bisa bertahan di lingkungan ekstrem," ungkap Arifin Tasrif, Menteri ESDM. Di sisi lain, BMKG memperketat sistem pemantauan dengan memasang buoy sensor canggih dan mengadakan latihan evakuasi tsunami rutin di 10 kabupaten pesisir.
Para ahli masih berselisih pendapat. Tim dari ITB mengingatkan risiko eksplorasi di zona aktif, sementara peneliti LIPI menekankan bahwa potensi energinya terlalu besar untuk diabaikan. Yang jelas, Gunung Hobal telah menjadi contoh sempurna bagaimana alam seringkali menyajikan dua sisi mata uang - ancaman yang mengerikan sekaligus anugerah yang berharga. Keputusan akhirnya bukan tentang menghindari risiko, melainkan bagaimana mengelolanya dengan bijak untuk kemaslahatan bersama.
Komentar
Posting Komentar