Guru Desa Ini Manfaatkan AI untuk Bantu Siswa Kesulitan Baca-Tulis: Inovasi Pendidikan di Daerah Terpencil
Di sebuah ruang kelas kecil dengan dinding kayu yang lapuk, Bapak Ahmad Surya (42), seorang guru SD di Desa Cikadu, Jawa Barat, membuktikan bahwa teknologi bisa menjadi solusi bagi masalah pendidikan di daerah terpencil. Dengan hanya bermodal laptop tua dan akses internet yang terbatas, ia berhasil mengembangkan program berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk membantu siswa yang kesulitan membaca dan menulis.
Awalnya, Bapak Ahmad prihatin melihat banyak siswa kelas 3 hingga 5 di sekolahnya masih belum lancar membaca. "Saya sadar metode konvensional kurang efektif karena jumlah guru terbatas, sementara kebutuhan siswa sangat beragam," ujarnya. Berbekal pelatihan daring tentang teknologi pendidikan, ia mulai memanfaatkan aplikasi AI text-to-speech yang bisa mengenali suara siswa dan memberikan umpan balik instan. Setiap pagi, para siswa antusias mengantri untuk berlatih membaca di depan laptop Bapak Ahmad, sementara AI akan menilai pelafalan dan kecepatan baca mereka.
Tak berhenti di situ, Bapak Ahmad juga memodifikasi platform AI gambar-ke-teks untuk membantu siswa mengenali huruf. "Kami memanfaatkan ponsel pintar untuk memotret tulisan siswa, lalu AI akan menganalisis kesalahan penulisan dan memberikan saran perbaikan," jelasnya. Inovasi sederhana ini ternyata membuahkan hasil signifikan. Dalam 6 bulan, sebanyak 15 dari 20 siswa yang sebelumnya tergolong lambat membaca kini sudah mampu memahami teks sederhana dengan lancar.
Kendala utama justru datang dari keterbatasan infrastruktur. Listrik yang sering padam dan sinyal internet yang tidak stabil menjadi tantangan sehari-hari. Namun, Bapak Ahmad tak menyerah. Ia mengunduh materi pembelajaran saat internet lancar dan menyimpannya untuk digunakan offline. "Teknologi harus beradaptasi dengan kondisi kami, bukan sebaliknya," katanya dengan tekad bulat.
Kisah inspiratif ini menarik perhatian Dinas Pendidikan setempat, yang kini berencana mereplikasi metode Bapak Ahmad di desa-desa lain. "Ini bukti bahwa AI bisa menjadi alat pemerataan pendidikan, bukan hanya milik sekolah kota," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur.
Komentar
Posting Komentar