"Wabah Flu Burung Kembali Meningkat: Ancaman Serius bagi Peternak dan Potensi Krisis Kesehatan Masyarakat"
Indonesia kembali dikejutkan oleh lonjakan kasus flu burung (H5N1) yang telah menyebar di 12 provinsi, dengan lebih dari setengah juta unggas mati secara mendadak sejak awal Juni 2024. Kementerian Pertanian melaporkan bahwa strain baru virus H5N1 clade 2.3.4.4b ini menunjukkan tingkat penularan yang lebih cepat di antara unggas, dengan tingkat kematian mencapai 90% hanya dalam waktu 48 jam setelah terinfeksi. Yang lebih mengkhawatirkan, dua peternak di Sukabumi dan Blitar saat ini sedang dalam pemantauan intensif setelah menunjukkan gejala demam tinggi dan sesak napas usai kontak dengan ayam-ayam yang terinfeksi.
Di tengah situasi yang makin memprihatinkan ini, pemerintah telah menerapkan karantina wilayah di lima kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur, sekaligus mendistribusikan 10 juta dosis vaksin untuk peternakan skala kecil. "Kami sedang berjuang melawan waktu untuk mencegah penyebaran lebih luas," tegas Drh. Syamsul Ma'arif, Direktur Kesehatan Hewan Kementan. Namun, upaya ini dinilai belum cukup oleh para ahli. Dr. Wiku Adisasmito, pakar penyakit menular dari UI, memperingatkan bahwa setiap keterlambatan penanganan bisa meningkatkan risiko mutasi virus yang memungkinkan penularan antarmanusia—skenario yang sangat berbahaya mengingat tingkat kematian flu burung pada manusia mencapai 56% berdasarkan data WHO.
Dampak ekonomi sudah mulai terasa di kalangan peternak. Bapak Surya, peternak ayam dari Bogor, berbagi kisah pilunya setelah kehilangan seluruh ternaknya yang berjumlah 2.000 ekor dalam seminggu. "Ini bukan hanya tentang kerugian materi, tapi juga menghancurkan mata pencaharian yang sudah kami bangun bertahun-tahun," ujarnya dengan suara bergetar. Sementara itu, harga daging ayam di pasaran mulai tidak stabil akibat kepanikan konsumen, meski Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa produk ayam yang dimasak dengan benar tetap aman dikonsumsi.
Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menghindari kontak langsung dengan unggas sakit, selalu mencuci tangan setelah berada di area peternakan, dan segera melaporkan kasus unggas mati mendadak ke otoritas setempat. Dengan kerja sama semua pihak, diharapkan wabah ini dapat segera dikendalikan sebelum berdampak lebih luas terhadap kesehatan masyarakat dan stabilitas pangan nasional.
Komentar
Posting Komentar