"TikTok Shop Diblokir: Guncangan bagi UMKM dan Pemburu Diskon Online"
Keputusan pemerintah memblokir fitur TikTok Shop pada September 2023 lalu bagai bom waktu bagi ribuan pelaku UMKM yang menggantungkan hidup pada platform ini. Data Kemenkop UKM mencatat sekitar 1,3 juta seller terdampak langsung, dengan kerugian kolektif mencapai Rp2 triliun per bulan. "Tiba-tiba omzet saya turun 70%. Padahal 80% penjualan berasal dari TikTok," keluh Dina (28), pemilik usaha skincare yang kini terpaksa kembali ke marketplace konvensional dengan biaya iklan lebih mahal.
Dampaknya berlapis-lapis. Di satu sisi, pembeli kehilangan akses ke produk murah meriah dengan diskon gila-gilaan yang menjadi ciri khas TikTok Shop. Survei JakPat menunjukkan 65% konsumen mengaku lebih sulit menemukan produk unik dengan harga terjangkau setelah pemblokiran. Di sisi lain, seller kecil harus beradaptasi dengan algoritma baru di Shopee atau Tokopedia yang lebih kompetitif. "Di TikTok, video produk saya bisa viral alami. Di platform lain harus bayar iklan mahal," protes Rudi, penjual aksesoris handmade asal Bandung.
Pemerintah berdalih pemblokiran ini untuk melindungi pasar tradisional dan menertibkan barang impor ilegal. Namun ekonom dari INDEF, Bhima Yudhistira, menyoroti dampak ikutannya: "Justru banyak UMKM kreatif yang terjepit. Solusinya bukan pelarangan, tapi penguatan ekosistem digital mereka." Beberapa seller kini beralih ke live commerce Instagram atau membuat website mandiri, meski butuh learning curve berat.
Langkah TikTok merespons dengan program pelatihan gratis migrasi ke platform lain dan penguatan fitur TikTok Business. Sementara itu, marketplace lama seperti Shopee malah menawarkan biaya komisi lebih murah untuk menarik seller TikTok. "Perang platform ini sebenarnya menguntungkan jika kita bisa adaptif," ungkap Sarah, pemilik toko hijab yang sukses pindah ke WhatsApp Business dengan omzet stabil.
Komentar
Posting Komentar