Kakek 80 Tahun Lulus SD: 'Tak Ada Kata Terlambat untuk Belajar


Suara riuh tepuk tangan menggema di Balai Desa Sukorejo, Ponorogo, ketika Marno (80 tahun) dengan tangan bergetar menerima ijazah SD dari kepala sekolah. Pria yang sehari-harinya berjualan jamu keliling ini baru saja menuntaskan ujian kejar paket A setelah 7 tahun belajar di sanggar PKBM. "Dulu saya harus membantu orang tua ke sawah, sekarang Allah kasih kesempatan walau sudah renta," ujarnya dengan mata berkaca-kaca, mengenakan seragam putih-merah yang dibelikan cucunya.  

Kisah perjuangan Kakek Marno dimulai tahun 2017 ketika ia mendaftar di program pendidikan kesetaraan. "Saya malu waktu diminta baca surat oleh kepala desa, tapi saya cuma bisa tanda tangan," kenangnya. Dengan semangat luar biasa, ia belajar mengeja huruf alfabet bersama anak-anak usia 6-12 tahun di kelas malam. Rutinitas hariannya dimulai pukul 04.00 WIB berjualan jamu, tidur siang selepas dzuhur, lalu belajar dari pukul 19.00-21.00 WIB di PKBM "Bina Ilmu". Kendalanya tak kecil - seringkali ia tertidur di kelas karena kelelahan. "Tadinya kami sangsi beliau bisa bertahan, tapi beliau justru paling rajin," tutur Siti, salah satu guru yang rela memberi les privat di rumah Marno.  

Momen paling mengharukan terjadi saat ujian matematika. Marno yang mengalami tremor harus diizinkan menulis jawaban dengan huruf besar di kertas A3. "Saya pegang tangannya yang gemetar, tapi logikanya sangat tajam untuk hitungan dagang," cerita pengawas ujian. Butuh 3 tahun hanya untuk lancar baca-tulis dan 7 kali ikut ujian sebelum akhirnya ia bisa menyandang status lulusan SD.  

Kini, ijazah SD itu dipajang di ruang tamu rumahnya yang sederhana, berdampingan dengan foto almarhum istri. "Ini buat Bu Lik (mendiang istri) yang selalu bilang: Gapuku, sekolah itu seperti sholat, tak pernah telat asal niatnya tulus," ucap Marno sambil menunjuk foto. Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo mengungkapkan, Kakek Marno adalah lulusan tertua dalam sejarah pendidikan kesetaraan di kabupaten itu. Kisah ini bukan sekadar tentang ijazah, tapi tentang harga diri yang direbut kembali di usia senja. "Sekarang saya bisa baca resep dokter sendiri," canda Marno yang membuat semua orang di ruangan tersenyum haru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Banjir Berkepanjangan di Laba Lubu Kec. Malangke Luwu Utara Sulawesi Selatan

Tren "Kesenjangan Sosial" dengan Dialog Absurd Viral di TikTok, Satir Realita atau Sekadar Hiburan?

Safari Ramadhan Pondok Pesantren As'adiyah Belawa Baru: Menebar Kebersamaan di Bulan Suci Ramadhan